Positif dan Negatif Koperasi
POSITIF DAN NEGATIF KOPERASI
Berdasarkan pengalaman di Indonesia,
selanjutnya dikemukakan bahwa beberapa koperasi yang berhasil dalam
mempertahankan partisipasi anggota dimunculkan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan tersebut, yaitu:
1. Perasaan kelompok yang kuat.
2. Latihan bersinambungan bagi calon
anggota dan anggota.
3. Kunjungan-kunjungan lapangan dari para
penggerak koperasi yang bersinambung, dialog informal dengan anggota setempat.
4. Para anggota dan pengurus melaksanakan
rapat-rapat dengan berhasil baik, membuat kartu anggota dan pembukuan yang
benar, menerbitkan laporan keuangan bulanan.
5. Menanamkan dan mempertahankan
sikap-sikap mental yang baru/kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan aneka
simpanan pemberian pinjaman dan aspek-aspek lain untuk bekerja sama dalam
koperasi.
6. Para anggota membuat rencana koperasi.
7. Penertiban publikasi yang teratur
disebarluaskan kepada para anggota koperasi.
8. Latihan bagi para anggota untuk memahami,
menganalisis koperasi-koperasi, mengadakan perjanjian, persatuan, pada saat
permulaan.
9. Program silang pinjam yang saling
melengkapi dalam jaringan koperasi (dana, simpan-pinjam, asuransi bersama).
10. Memelihara pendanaan dari dalam secara
teratur.
11. Kesalahan-kesalahan koperasi di masa
lampau menjadi tantangan bagi para anggota koperasi dan pengurus.
12. Para anggota dirangsang untuk mengetahui
masalah-masalah koperasi, keadaan-keadaan, keterbatasan keuangan,
kebutuhan-kebutuhan, dan kemajuannya.
Lalu kurangnya partisipasi anggota dalam
beberapa koperasi dipengaruhi oleh beberapa faktor negatif, yaitu:
1. Kurangnya pendidikan anggota, antara
lain dalam bentuk latihan anggota dan calon anggota yang sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi lokal.
2. Feodalisme dan paternalisme dari para
pengurus koperasi dalam hubungan dengan para anggota.
3. Kurangnya tindak lanjut yang konsisten
dan pengamatan dari rencana-rencana organisasi yang telah disepakati bersama.
4. Manipulasi yang dibuat oleh
bermacam-macam individu menyebabkan timbulnya erosi rasa ikut serta memiliki
dari anggota terhadap koperasi mereka masing-masing.
5. Kartu anggota tidak dibuat dengan baik
menimbulkan ketidakjelasan transaksi antar-anggota dengan koperasinya ataupun
sebaliknya.
6. Kurangnya manajemen yang teratur dan
keterampilan manajerial dan pengurus koperasi.
7. Kurangnya rencana pengembangan
profesional untuk mengimbangi perkembangan dinamika kebutuhan para anggota.
8. Kurangnya penyebaran informasi tentang
penampilan koperasi, seperti neraca, biaya, manfaat, dan laporan statistik yang
lain.
9. Pengalaman-pengalaman dan
praktek-praktek koperasi yang buruk di masa lampau.
10. Ketidakcakapan para pengurus koperasi
untuk menata pembukuan.
Disarikan dari buku:
Pengembangan Koperasi, Penulis: Thoby Mutis, Hal : 94 – 95.
Sumber:
Komentar
Posting Komentar